Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda, Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam. ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj [877] ) Sepenggal Kisah Tentang Ka'bah Allah SWT berfirman: Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa : Ya Tuhan kami terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah : 127). Sepintas lalu bahwa ayat di atas mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama membangun Ka'bah di permukaan bumi ini, seperti dipahami oleh sebagian kaum muslimin. Padahal bila dicermati, sebelum Nabi Ibrahim menginjakkan kakinya ke tanah Makkah sudah ada bangunan Ka'bah yang telah dibangun oleh malaikat dan generasi sebelum Nabi Ibrahim as. Hal itu dapat dipahami dari kata Yarfa meninggikan berarti meninggikan bangunan yang sudah ada. Para ahli sejarah mengatakan, setidaknya ada dua belas generasi yang ikut berjasa dalam membangun Ka'bah yang ada sampai saat sekarang ini.
Generasi pertama adalah generasi Malaikat. 2000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan Malaikat sudah membangun Ka'bah di bumi ini atas perintah Allah. Di dalam Alquran dijelaskan bahwa ketika Allah hendak menciptakan Nabi Adam as, Allah berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi, lalu para malaikat bertanya : Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini ? orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau. (QS. al-Baqarah : 30). Ketika itu Allah menjawab: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. al-Baqarah: 30). Para ahli sejarah dan ahli Tafsir mengatakan bahwa para malaikat merasa cemas bila diciptakan manusia di permukaan bumi, mereka akan berbuat kerusakan dan menodai bumi dengan pertengkaran dan pertumpahan darah, melihat pada tipe jin yang sudah lebih dulu diciptakan dari Nabi Adam as. yang karakternya tidak jauh berbeda dengan karakter manusia yang notabenenya mempunyai hawa nafsu. Kekhawatiran para malaikat itu wajar saja terjadi karena mereka diciptakan untuk taat dan patuh kepada Allah Swt. tidak mendurhakainya sesuai dengan asal ciptaannya dari cahaya dan tidak mempunyai hawa nafsu, kekhawatiran dan pertanyaan para malaikat tersebut tidak dapat ditafsirkan sebagai kedurhakaan malaikat kepada Allah sebagaimana diduga oleh sebahagian kaum orientalis.
Kecemasan malaikat tersebut kandas ketika Allah SWT menjawab: Aku lebih tau terhadap apa yang tidak kamu ketahui. Karena takut akan murka Allah, para malaikat tidak bertanya lagi siapa yang layak dijadikan khalifah di bumi, manusia atau malaikat, maka para malaikat segera mohon ampun dan ridha Allah SWT karena Arasy Allah cukup besar, maka dengan Rahman dan Rahim Allah SWT, Dia membangun Baitul Makmur di bawah Arasy untuk tempat mereka mengerjakan thawaf, dan lebih meringankan dan memudahkan mereka setiap hari. Para malaikat mengerjakan thawaf silih berganti siang dan malam sehingga tidak kurang dari 7000 malaikat yang mengelilingi Baitul Makmur setiap harinya, bahkan menurut riwayat ada di antara malaikat yang hanya dapat tawaf sekali saja, dan tidak dapat lagi mengelilingi thawafnya karena sesaknya Baitul Makmur yang dibangun oleh Allah dari Zabrajad yang bertahtakan Yakut berwarna merah itu (Akhbar Makkah Muhammad Al Arzaqi (1988: 32). Maka dengan Rahman dan Rahim Allah SWT diperintahkan kepada malaikat untuk membangun Ka'bah di bumi yang persis seperti Baitul Makmur di bawah Arasy, besar dan ukurannya sama, posisinya setentang dengan Ka'bah di bumi, andaikata dijatuhkan sebuah batu dari Baitul Makmur ke Ka'bah akan sampai ke tengah-tengah Ka'bah. Riwayat menceritakan bahwa Ka'bah pada masa itu terletak di atas buih yang keras, yaitu benda pertama yang muncul di bumi ini, Maha Benarlah Allah SWT yang telah berfirman: Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun di muka bumi ini adalah di Makkah. (QS. Ali Imran: 96). Sekaligus sebagai bantahan pada orang-orang Nasrani bahwa rumah yang pertama dibangun adalah Baitul Maqdis.
Itu generasi pertama pembangunan Ka'bah, dan dilanjutkan oleh generasi kedua yaitu Nabi Adam As setelah dia keluar dari dalam surga, dan menetap di bumi melaksanakan tawaf, dan merenovasi bangunan Ka'bah, memohon ampun kepada Allah SWT. Atas kekhilafan yang telah dilakukannya. Beliaulah manusia pertama merenofasi bangunan Ka'bah dan tawaf di Ka'bah Ibnu Abbas. (Ibid: 37).
Generasi Ketiga dilanjutkan oleh putra Nabi Adam Alaihissalam bernama Syis, setelah Nabi Adam As wafat. Bangunan ketika itu terdiri dari tanah dan batu, dan bangunan tersebut dapat bertahan sampai Nabi Nuh As, ketika Tsunami besar terjadi pada masa Nabi Nuh As, Ka'bah roboh dan porak poranda sampai pada generasi ketiga ini menurut ahli sejarah, tidak dijumpai keterangan di dalam Alquran dan hadits-hadits Shahih.
baru Pada generasi keempat yaitu generasi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail As dicantumkan sejarahnya di dalam Alquran di antaranya ayat 127 surat Al-Baqarah seperti di bawah judul di atas. Ayat di atas menceritakan generasia keempat merenovasi Ka'bah dengan meninggikan pondasi yang tertimbun oleh banjir pada zaman Nabi Nuh As, setelah pembangunan Ka'bah diselesaikan oleh Nabi Ibrahim dia berdo'a kepada Allah agar karyanya itu diterima oleh Allah SWT. (Al-Baqarah 127). Selanjutnya dilanjutkan oleh suku Amaliqah yang berasal dari Yaman, hampir tidak ada perombakan pada bangunan Ka'bah, karena suku Amaliqah ini hanya memperbaiki yang runtuh dan rusak saja. Sebab itu para ahli sejarah ada yang mengatakan bukan termasuk membangun, akan tetapi pendapat yang lebih meyakinkan, Amaliqah termasuk generasi kelima pembangunan Ka'bah.
Generasi keenam adalah suku Jurhum yang dipimpin oleh raja mereka yang bernama Madhad bin Umar bin Haris bin Madhad bin Umar Al Jurhum. Mereka memperbaiki bangunan yang roboh yang pernah diperbaiki oleh Amaliqah. Selanjutnya adalah generasi ketujuh yaitu generasi Qushai bin Kilab dari Bani Kinanah. Beliau adalah seorang raja yang ditaati oleh rakyatnya, pembangunan Ka'bah yang dilakukan oleh Qusyai adalah perubahan pada dinding Ka'bah dan memberi atap Ka'bah berupa pelepah-pelepah tamar. Generasi kedelapan adalah Abdul Muthalib kakek Rasul Saw.
dan generasi kesembilan adalah suku Quraisy. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, manakala Ka'bah terbakar pada masa Jahiliyah maka orang-orang Quraisy merobohkannya agar dibangun kembali (Akbar Makkah : 173). Hingga batas generasi Abdul Muthalib masih dapat dilacak: Kitab-kitab sejarah yang menjelaskan sejarah Ka'bah yang mulia. Selanjutnya generasi kesepuluh yaitu cucu dari Khalifah Abu Bakar Sidik yang bernama Abdullah bin Zubair, putra Asma binti Abu Bakar ra. Abdullah bin Jubir mempertinggi bangunan Ka'bah dari 9 hasta menjadi 27 hasta dan juga meninggikan pintu Ka'bah dan memberi atap Ka'bah dengan rapi.
Selanjutnya generasi kesebelas, pada masa khalifah Malik bin Marwan yaitu pada tahun 74 H. dan generasi yang kedua belas di sempurnakan oleh Sultan Murad Khan, raja Turki yang berkuasa pada ketika itu tahun 1040 H ketika terjadi banjir besar di kota Makkah sehingga air masuk ke dalam bangunan Ka'bah dan merobohkan bangunannya, dan dinding sebelah Barat dan Timur Ka'bah roboh akibat banjir besar tersebut. Banjir tersebut bukan saja merobohkan Ka'bah tapi memakan korban manusia dan ternak-ternak penduduk Makkah.
Maka setelah mengadakan musyawarah dengan para ulama Makkah, Sultan Murad Khan mengambil keputusan untuk membangun dan memperbaiki Ka'bah dengan biaya kekayaan yang ada di dalam Ka'bah, berupa emas, perak dan permata. Sehingga jadilah bengunan yang ada seperti sekarang ini, yang dirindukan oleh setiap muslim untuk mengunjunginya, dengan berjalan kaki, atau naik kendaraan baik melalui darat, laut dan udara dalam rangka menunaikan ibadah umroh dan haji. Semoga mendapat haji mabrur. Wallahua'lam bis shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar